Saya seorang pemimpi ulung dengan jutaan file mimpi yang tersimpan rapi di otak dan terbagi menjadi berbagai folder. Ada folder yang saya bagi dengan orang-orang terdekat, ada pula folder rahasia yang saya kunci rapat-rapat sehingga hanya saya sendiri yang mengetahui isinya. Saya merencanakan banyak hal, saya ingin ini, saya akan kesana, saya akan melakukan itu, semuanya sudah tersimpan rapi di memori otak. Satu persatu pun terwujud pada saat yang tepat, ada juga yang terwujud pada saat yang benar-benar tidak saya duga, namun ada pula di antaranya yang mengendap, terpinggirkan, kemudian menghilang entah kemana. Beruntung saya memiliki kawan-kawan hebat yang turut menjaga bara itu supaya tidak benar-benar meredup. Bahkan terkadang saya menemukan energi baru dari orang yang baru pertama kalinya saya kenal, dan tanpa sadar itu membuat saya berlari untuk mewujudkan semuanya.
Dua-puluh-tiga. Banyak mimpi saya yang terwujud pada penggalan usia itu. Hal-hal yang tidak saya duga muncul satu persatu. Pencapaian-pencapaian kecil dan besar yang mampu membuat sudut bibir melengkung naik. Hal itu pula yang mendorong saya untuk membuat berbagai rencana saat menginjak angka dua-puluh-empat. Sebagai awal, saya sudah berencana hendak cavetubing di kalisuci tepat pada hari ulang tahun bersama kawan-kawan. terlepas dari agenda bersenang-senang, sebenarnya saya punya misi khusus yakni hendak mengambil gambar dan mengenal lebih dekat warga disana guna keperluan ‘proyek rahasia’ yang sedang saya kerjakan. Saya juga sudah merencanakan ini, itu, anu, dan lain-lain.
Tapi seperti yang orang bilang ‘Man proposes but God disposes’, semua hal yang telah saya rencanakan dan persiapkan dengan matang tidak ada satupun yang terlaksana. Pada tanggal 5 November Tuhan memanggil pulang ibu Mas Chandra. Pada saat ibu masuk ke rumah sakit di awal Oktober dokter memang telah memvonis bahwa kanker ibu kambuh lagi dan sekarang lebih parah dari sebelumnya, mungkin ibu hanya bertahan dalam hitungan 3 bulan. Namun usia memang menjadi rahasia Tuhan semata, baru 1 bulan perawatan lanjutan Tuhan telah memanggil pulang ibu. Saya tidak akan menceritakan bagaimana proses kematian ibu, meski saat menghembuskan nafas terakhir saya berada di sebelahnya dan menggenggam tangannya. Biarlah itu menjadi cerita yang saya simpan dan saya kenang serta menjadi permenungan bagi saya. Yang saya tau Tuhan sangat sayang ibu sehingga memanggil beliau lebih cepat supaya tidak terlalu lama menderita dengan sakitnya. Sedih itu pasti, tapi saya percaya itu yang terbaik.
Pada tanggal 6 November, tepat satu hari sesudahnya saya mengalami 3 hal penting dalam hidup. Ulang tahun saya yang ke dua-puluh-empat, pemberkatan nikah kakak Mas Chandra di depan jenazah ibu, serta prosesi pemakaman ibu. Perasaan saya tidak pernah bisa dijelaskan lewat kata. Semua rasa saling berkelindan dan berhimpitan di dalam hati. Air mata yang tumpah, sekelebat rasa bahagia, namun kemudian kesedihan menjadi melanda. Saya mungkin hanya figuran dalam episode kehidupan yang sangat kompleks itu. Tapi saya adalah tokoh utama bagi cerita hidup saya sendiri. Saya tidak tahu rencana apa yang Tuhan pengen kasih lihat dalam kehidupan saya, tapi sungguh dari kejadian tersebut saya belajar banyak hal.
Saya juga percaya bahwa tak selamanya badai itu menerpa. Tuhan pasti janjikan pelangi di baliknya kok. Setelah hari-hari penuh duka, senin pagi saat sampai di kantor saya benar-benar dapat kejutan yang bener-bener bikin speechless. Bayangpun, sudah berbulan-bulan yang lalu saya pengen punya carrier Consina merah 40 L yang edisi woman series, tapi itu baru sebatas mimpi karena belum punya cukup duit untuk beli. Dan mendadak saya dikado carrier Eiger 40 L warna orange dari kantor. Saat melirik harganya saya bener-bener speechles. Ini 2 kali lipat dibanding Consina yang saya inginkan. Pengen lonjak-lonjak rasanya. Ini bener-bener kado terhebat yang saya punya.
Rupanya kejutan tidak hanya berhenti disitu, saya juga dapat surprise cake dari temen-temen kos. Saya juga dapat kiriman majalah tempat saya jadi kontributor. Akhirnya nama saya tercetak di majalah selain Ekspresi dan Pewara Dinamika. Dan gongnya dari semuanya adalah tulisan dan foto-foto saya bisa nongkrong di lembar cetak Kompasiana. Kompas bo! hahaha, pagi-pagi saya jejingkrakan di kamar kos. Lebay sih. Tapi biarlah. Ini bener-bener jadi rangkaian kado yang indah buat saya. Dua-puluh-empat benar-benar momen tidak terlupa. Tuhan ijinkan saya melewati banyak hal, mulai dari lembah air mata hingga puncak kebahagian. Dan saya sungguh bersyukur punya Bapa yang super keren dan yo’i, yang menjadikan semua indah pada waktunya, serta memiliki orang-orang hebat di sekitar saya yang selalu menguatkan.
Nampang di Kompas Freez
…dan hidup adalah rangkaian perjalanan panjang yang akan mendewasakan…
senasib sama aku kemarin jeng.. tapi rencana Tuhan ternyata lebih yahud… 🙂
selamat mendua puluh embat mba sash….
cerita yang besar!!
terharu, merinding, ikut jingkrak2 seneng liat tasnya! 🙂
sungguh, kamu kerenn, sash! \m/
hebat. aku tidak tahu kata hebat itu pantas dan layak untuk siapa. tapi saya ingin mengucapkan satu kata “hebat”.
Tuhan memang keren. skenario-nya ga bisa diintip.
terharu aku sama ceritamu, jeng.
Aahh
Kenapa mbak? hihihi 🙂