
Entah sejak kapan saya menyukai momen-momen berada di perut bumi, berada dalam dekapan gulita sempurna, bergelung dengan feses kelelawar dengan aroma menusuk hidung, bergulat dengan lumpur dan aroma lembab, serta menikmati pahatan sempurna stalagtit dan stlagmit. Hening. Yang bisa saya dengar hanyalah gemericik sungai, tetesan air, derik serangga, kepak sayap kelelawar, serta hembusan nafas.
Gua. Tempat sempurna untuk kontemplasi. Kepasrahan total, penyerahan sepenuh. Ya, itu yang selalu saya lakukan saat berada di dalamnya. Tempat dimana saya merasa begitu kecil, begitu kerdil, begitu rapuh, dan Dia adalah benar-benar Allah yang luar biasa.
Bahkan di sudut bumi yang begitu gelap dan tersembunyi, kehadiranMu begitu nyata. Kau pahat lekuk perut bumi menjadi mahakarya sempurna, Kau jadikan tetesan air dan derik serangga sebagai orkestra penenang hati, dan sinarMu menjadi satu-satunya suluh penerang.
Jika di kegelapan yang tak terlihat saja Dia sudah menciptakan keindahan yang begitu sempurna, mengapa saya harus mengkhawatirkan hidup saya?
kata orang Timor “itu sudah…”
cobain gua umbultuk, Blitar selatan…
dalam goa, tak ada malam, tak ada siang. tak perlu peduli waktu menyusurinya.
Benar-benar bikin takjub fotonya
Akan semakin takjub ketika menjejak di sana ๐
kerennn!!!